DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS UAS
Mata Kuliah : Orientalisme Dan Oksidentalisme
Oleh : Mukhasin (1414341035)
IAT/4 A
1.
Munculnya Studi Islam Sebagai Bagian dari Studi Ketimuran (Oriental
Studi)
Studi Ketimuran
ditengarai Muncul pada Abad ke 19. Studi ketimuran ini mencakup kajian tentang
bahasa, sejarah dan budaya dari Asia dan Afrika Utara. Kajian-kajian tersebut
berdasarkan filologi yang lebih luas, yaitu kajian-kajian terhadap budaya
melalui studi terhadap sumber asalnya, khususnya dari teks-teks yang dianggap
orientatif. Studi ketimuran selalu dibangun berdasarkan pola studi klasik dan
berkaitan dnga masa lampau. Studi Islam kemudian berkembang menjadi cabang ilmu
yang berbeda dari studi ketimuran dalam paruh kedua abad ke-19.
Di Jerman,
hingga sekarang, kajian-kajian terhadap bahasa, budaya, dan agama merupakan
inti dari studi Islam yang dipelajari, dan di Universitas lebih dikenal sebagai
“Orientalisches Seminar”. Studi Islam itu sendiri trentunya terlepas
dari teologi dan tidak terpenaruh oleh
polemik dan apologi. Di Jerman Kajian teologi tidak termasuk ilmu agama.
Sebagai Sebuah disiplin ilmu, Studi agama Berada dibawah Fakultas dan Jurusan.
Dalam
perkembanganya, Studi Islam dinegara-negara Barat manapun dalam bagian tertentu
dapat dibedkan sebagai berikut :
a.
Studi Islam mensyaratkan kajian intensif tentang bahasa arab
sebagai bahasa.
b.
Studi teks hanya dapat dilakukan berdasarkan pada pengetahuan yang
solid tetntang bahasa arab dan bahasa-bahasa Islam yang lain (Persia, urdu
dll).
c.
Keahlian dalam kajian teks, pada gilirannya, merupakan pra-syarat
dalam kajian sejarah.
d.
Penelitian teks dan sejarah memberikan jalan bagi kajian budaya dan
keagamaan Islam.
e.
Kajian terhadap bagian wilayah budaya Muslim yang lebih luas, telah
membentuk bagian-bagian yang integral dari studi Islam, selama masih menyangkut
keIslaman dari budaya yang bersangkutan.
2.
Sumbangan Pokok Jerman dalam Studi Islam ( hingga sekitar tahun
1950)
Orientalisme
Jerman dalam studi Islam mempunyai tradisi yang kuat. Generasi Pertama, ada
tiga nama, Theodor Noldeke (1836-1930), ulius Wellhausen (1844-1918), DAN Ignaz
Goldziher (1850-1951). Masing-masing dikenal karena penelitian mereka tentang
Al-Qur’an, awal sejarah Islam, dan perkembangan internal agama dan Budaya
Islam. Pada Generasi kedua ada Helmutt Ritter (1882-1971) dengan tulisannya
mengenai teks-teks agama Islam, Carl Borockle mann (1865-1957) mengenai sejarah
teks-teks Arab.
Ada pula Hans
Heinrich Schaeder (1896-1957) yang mampu mengkaji Islam dalam kerangka yang
lebih luas dari sejarah keagamaan orang-orang imur Dekat dan sejarah dunia yang
tidak lagi mengikuti pola kesarjanaan yang Eurosentris. Dan Masih banyak
karya-karya tokoh lain yang mengkaji dari berbagai macam aspek.
3.
Karakteristik Studi Islam Jerman Secara Umum.
Jerman
mempunyai sistem desentralisasi dengan menempatkan universitas-universitas
diberbagai wilayah dan di masing-masing Universitas dapat mengembangkan tradisi
maupun aliran yang berbeda-beda bahkan saling bersaing.Secara institusional,
sebagai tempat yang bebas dan dilindungi, Universitas menjadi benteng
perlindungan dari perselisihan akademis.
Dalam studi
Islam, tugas tugas umumnya adalah dalam rangka menemukan fakta-fakta yang tidak
terungkap dan melahirkan sumber-sumber ilmu baru, untuk menghidupkan kembali
budaya-budaya dan peradaban kuno (yang hampir punah secara objektif dan
kritis). Mereka telah menjalani pelatihan teknis dengan baik dan sungguh-sungguh,
dalam hal ini aspek kebahasaan sangat diutamakan terutama tiga bahasa dalam
Islam (Arab, Persia dan Turki).
Dalam studi
Islam, kajian ini dititikberatkan pada teks-teks dan sejarah, sehingga
kajian-kajian Islam memiliki konsentrasi penuh terhadap teks-teks, fakta-fakta
historis dan hubungan antara fakta-fakta yang ada. Pengaruh kajian atas
berbagai fakta membuat studi Islam dijerman menjadi “realistis” jika tidak
berorientasi positifistik. Agama, denan demikian dikaji dalam kurun waktu yang
lama.
4.
Situasi Studi Islam di Jerman Era Sekarang ini.
a.
Institusi Perguruan Tinggi
Pada waktu itu
(th. 1960) seluruh perguruan tinggi di Jerman kecuali Perguruan Tinggi
Saarbrucken telah menangani studi ketimuran, dan jarang ada studi ketimuran di
luar Perguruan Tinggi.
Dua belas tahun
kemudian kalangan orientalis Jerman keberatan dengan adanya laporan bahwa dari
32 yang direkomedasikan sebagai lembaga baru yang menangani studi ketimuran, 21
lembaga telah didirikan dan hanya 3 lembaga yang menangani studi Islam. Dan ada
keluhan juga bahwa tidak adanya kajian
studi Islam secara khusus. Namun setelah kejadian itu, semakin membaik.
Tercologi lembaga Islam India dan Afrika didirikan, paling tidak termasuk 20
universitas-unuversitas tertua di Republik Federal Jerman, tetapi beberapa
ketentuan telah diambil untuk berkonsentrasi pada spesialisasi khusus di
universitas-universitas tertentu, baik untuk penelitian maupun pengajaran
(tergantung kepentingan Pemegang jabatan).
Program studi
Islam meliputi Program dasar selama 4 semester, program utama 4 semester, dan
Program belajar punuh untuk studi Islam termasuk Desertasi doktoral selama 12
semester. Disamping Program studi Islam di Freiburg, ada pula tentang Institut
Studi Islam di Universitas Free, Berlin. Dimana selain mengkaji Islam masa lalu
para mahasiswa juga mengkaji islam kontremporer.
b.
Studi Ketimuran Secara Umum
Selama tahun
1960 dan 1970, banyak inisiatif yang ditawarkan demi kemajuan Studi islam di
Jerman. Tercatat dalam sebuah laporan menggambarkan perhatian terhadap berbagai
masalah khusus yang memunculkan ketegangan antar sejarah-tradisi filosofis
tentang studi ketimuran dan meningkatnya perhatian terhadap berbagai masalah
kekinian yang terjadi di negara-negara Asia dan Afrika, yang dipengaruhi oleh
perkembangan politik, ekonomi dan budaya. Laporan tersebut memberikan
rekomendasi untuk meningkatkan mutu personal dalam pengajaran dan penelitian,
serta menambah berbagai fasilitas material yang penting di universitas,
perpustakaan, musium dan berbagai koleksi. Pada tahun 1972 dilaporkan bahwa
komunitas Oriental Jerman atas kajian-kajian Timur tahun 1970-an telah membuat
beberapa rencana :
1.
Bidang kajian-kajian Timur terbagi dalam 20 bagian.
2.
Ada beberapa materi yang tersusun.
3.
Relevansi kajian-kajian imur tentang masyarakat, dipaparkan kurang
lebih sebagai berikut : Memperdalam
pemahaman tentang orang-orang Afrika dan Asia, terutama pada saat ini, dilihat
dari sudut pandang tentang penemuan diri dengan cara yang berbeda dan berbagai
perubahan yang trjadi dalam budaya mereka.
4.
Setelah perkembangan yang menggembirakan di Republik Federal
Jerman, Studi Ketimuran dijadikan sebagai kajian akademis yang banyak diminati.
5.
Pada sst ini berbagai tugas pokok berjalan seiring dengan tanggung
jawab terhadap studi ketimuran dan ada beberapa tema oenelitian yang menjadi
perhatian.
6.
Studi ketimuran dapat mengembangkan program-program tambahan dalam bidang
sejarah, ekonomi, dan ilmu pengetahuan sosial.
7.
Anya Studi ketimuran yang memaparkan ilmu pengetahuan yang menarik
tentang orang dan budaya yang menarik dari Asia dan Afrika.
8.
Perencanaan penelitian sebagai bagian dari studi Ketimuran
seharusnya tidak dari biaya prakarsa, kalau tidak memungkinkan menggunakan
biaya pribadi.
c.
Koleksi Perpustakaan
Dua
perpustakaan di Republik Federal yang terkenal dengan berbagai manuskripnya
tentang studi ketimuran Perpustakaan Munich di Bavarian ( berdiri tahun 1558),
dan Perpustakaan Jerman Barat ( 1661) di Marburg. Banyak perpustakaan yang
mempunyai manuskrip-manuskrip yang terpelihara secara baik dan sejak 197 sebuah
proyek telah dilakukan untuk membuat katalog manuskrip-manuskrip tersebut
(sekitar 2500), hal itu belum menggambarkan tentang keberadaan katalog
manuskrip ketimuran di Jerman. Da sekitar tujuh belas perpustakaan khusus, dua
diantaranya yaitu yang disebutkan di atas.
d.
Institusi dan Organisasi diluar Unifersitas.
Ada Beberapa Universitas yang patut dipaparkan
karena kontribusi pentingnya dalam studi Islam dan makna yang lebih luas :
1.
Akademien der wissenschhaften (Akademi Keilmuan) di berbagai negara yang berada di Republik
Federal, yang mendukung penelitian walaupun mereka tidak menyediakan tempat,
namun mampu mengadakan komunikasi ilmiah.
2.
Asosiasi Penelitian Jerman, dalah lembaga resmi yang didirikan untuk
mendukung dan mendorong penelitian ilmiah di republik Federal.
3.
Institute Oriental Jerman, sebuah lembaga Independen di Hamburg,
aktif dalam penelitian hingga saat ini tentang berbagai perkembanga di Timur
Tengah.
4.
“Islam” dalam studi Islam di Jerman.
Bentuk Islam
yang bagaimana dicerminkan dalam Studi Isla di Jerman dan tempat lain.
Pandangan yang jernih dibutuhkan terhadap penyelidikan berbagai pemikiran
ilmuan yang brilian untuk menmukan pa yang mereka sebut dengan “Islam” dan
apakah mereka memandang hal itu secara berbeda atau justru menemukan kesulitan
dalam memahaminya secara keseluruhan.
Segala sesuatu
mungkin berubah, tentu saja dengan hadirnya sarjana-sarjana baru yang memiliki
pengalaman pribadi terhadap masyarakat muslim dan mengembangkan sensitifitas
dimensi kemanusiannya. Dalam hal ini, institute Oriental Jerman di Beirut dan
Istanbul memberikan sumbangan yang berarti.
Thanks dude,
ReplyDelete