Tuesday, October 25, 2016

Teori Kritis



1.      Ilmu Pengetahuan dan Kepentingan

Menurut Habermas, ilmu tidak lepas dari kepentingannya berada. Ilmu selalu di dasari sesuatu yang akan menjadi tujuannya kelak. Ilmu selalu mempunyai ruang dimensi kerjanya masing masing.
Menurut habermas, ilmu di bagi mnjadi tiga kelompok sesuai dengan kepeningannya, yakni sebagaimana di tampilkan dalam kolom berikut.

Kelompok ilmu
Kepentingan dan Tujuan
Empiris-analisis : ilmu ilmu alam
Nomotesis (mencari hukum alam) kepentingan teknis
Historis-hermeunetis : sejarah, sastra dll
Idiografis (pengungkapan makna) perluasan wawasan, komunikasi, tindakan bersama.
Krtis :politik, sosiologi, filsafat, teori feminism dll
Refleksi kritis : emansipatoris

2.      Kritik Ideologi

Ideology dalam pemikiran habermas sedikit berbeda dengan definisi ideology pada umuumnya, karena menurut habermas ideology adalah kesadaran palsu, atau sering di sebut juga ilusi social. Maka dari pengertian ini kita fahami bahwa tujuan dari kritik ideology dari Habermas adalah membongkar segala kepentingan terselubung (dominasi dan hegemoni), dimana kepentingan tersebut acap kali tersamarkan , sehingga dengan adanya kritik ideology di asakan membangunkan masyarakat dari tidur kesadaran palsu yang selama ini di produksi oleh kelompok berkuasa atau dominan untuk melanggengkan kepentingan dan kekuasaan mereka.
Masih menurut habermas, ada empat tahapan dalam kritik ideology. Empat tahap kritik ideology tersebut adalah sebagai berikut.

Tahap
Keterangan
Tahap Pertama
Tahap deskripsi interpretasi terhadap suatu keadaan. ( verstehen )
Tahap Kedua
Melakukan refleksi terhadap factor penyebab yang ada, serta tujuan yang ingin di capainya. (dilakukan analisis mikro maupun makro), dalam karya karya awalnya ini di sebut dengan tahap psikoanalisis.
Tahap Ketiga
Menyususn agenda / strategi untuk mengubah keadaan yang ada.
Tahap Keempat
Melakukan evaluasi terhadap situasi baru yang sudah ada.

3.      Habermas dan Kritiknya atas Marxisme

Menurut Habermas, teori Marxisme klasik sudah tidak relevan di masa kekinian, yang di sebut Habermas sebagai masyarakat kapitalis lanjut (late capitalism).
Masih menurut Habermas, setidaknya  ada dua pemikiran Marx yang dinyatakan sudah tidak relevan.
Pertama, Marx mendasarkan teori social dengan analisis infrastruktur-suprastruktur, dimana infrastruktur (basis ekonomi) menentukan sufrastruktur (politik, budaya, hokum dasb). Menurut Habermas, dalam masyarakat kekinian, analisis seperti itu sudah tidak dipakai lagi, karena tidak jarang terjadi  hal sebaliknya.
Kedua, dalam pemikiran Marx, ada pemilihan antara kelas proletar dan borjuis. Dua kelas ini dalam pemikiran Marx saling bertentangan dan saling terpisah satu sama lain, dimana kaum proletar adalah kaum yang tertindas. Dalam analisis Habermas, pada masa kekinian, kelas kelas sudah terintegrasi dan melebur, dan bentuk penindasannya sudah semakin tersamar dan terorganisir.
Daripada itu, Marx yang memilih kaum proletar sebagai subjek revolusional, bukan lagi para cendekiawan seperti para pendahulunya. Habermas mengalamatkan harapan perubahan kepaada sesuatu yang bersifat umum, yakni rasio manusia. Rasio manusia dalam hal ini yaitu bersifat komunikatif, yakni melalui dialog dialog untuk mencapai emansipatoris yang bebas dari penguasaan, dominasi, dan paksaan. Ini juga berbeda dari Marx yang memilih jalan revolusioner.

4.      Sumbangsih pemikiran Habermas

Sumbangsih Habermas dalam hal ini yang paling mencolok adalah Habermas melakukan perubahan filsafat yang tadinya merujuk pada subjek atau kesadaran, beralih kepada filsafat yang berfokus pada bahasa (komunikasi). Menurut habermas, rasionalitas bukan sekedar hitung hitungan strategis, dalam rangka mencapi sesuatu, akan tetapi lebih kepada bentuk bentuk aksi dan komunikatif. Oleh sebab itu, perlu sekali kita menggunakan bahasa yang ideal sesuai situasi yang kita hadapi saat ini.
Namun, habermas juga tidak uncritical, terbukti beberapa pakar masih mengkritisi pemikiran Habermas, terutama pengandaiannya terhadap adanya standar universal. Lalu juga tentang teori kritis yang non kualitatif, teori kritis sering dianggap gagal dalam meraih standart metodelogi.  Teori kritis juga sering disebut politis, karena teori kritis melakukan penolakan atsa ilmu bebas nilai. Tak jarang teori kritis juga disebut spekulatif karena tidak menggunakan data lapangan, di gambarkan sebagai “sosiologi kursi malas”,  meski dalam kenyataannya fenomenologi yang termasuk teori kritis menggunakan data lapangan.

No comments:

Post a Comment