Thursday, April 20, 2017

Makalah Ilmu Qiraat : Dua Hamzah dalam Dua Kata



KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT karna berkat karunianya kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini dengan waktu yang singkat. Shalawat serta salam tak lupa kami panjatkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya sehingga kita selaku umatnya semoga senantiasa mendapatkan syafaatnya hingga yaumil qiyamah.
Makalah ini berisi tentang Dua Hamzah Dalam Dua Kata. Dalam menyusun makalah tentunya kami merasa banyak sekali kekurangan. Dan kami menerima saran dan kritik dari pembaca untuk menjadi acuan pembuatan makalah kami selanjutnya.
Semoga apa yang kami tulis bermanfaat untuk pembaca. Atas perhatiannya kamu ucapkan terimakasih.






Selasa, 06 Desember 2016


Hormat kami,
Penulis.
DAFTAR ISI

Kata pengantar...................................................................................................... 1
Daftar Isi................................................................................................................ 2
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang........................................................................................... 3
B.     Rumusan Masalah...................................................................................... 3
C.     Tujuan Penulisan........................................................................................ 3
D.     Metode Pustaka......................................................................................... 3
E.      Dua Hamzah Dalam Dua Kata.................................................................... 5
F.      Ketika harakat Dua Hamzah tidak berbeda (sama).
.................................................................................................................. 5
G.     Ketika harakat dua hamzah berbeda
.................................................................................................................. 8



PENUTUP
H.     Kesimpulan............................................................................................... 10
I.        Daftar Pustaka.......................................................................................... 11







PENDAHULUAN
Para ulama sepakat bahwa Qira’at Sab’ah adalah mutawatir. Ibnu As-Subki berkata pada Jam’ Al-Jawami’ : Qira’at sab’ah itu mutawatir dengan kemutawatiran yang sempurna. Yakni dinukil dari Nabi Muhammad SAW. oleh banyak orang yang tida mungkin terjadi kesepakatan diantara mereka untuk berbohong.[1]
Terkadang ada orang yang membantah sekiranya qira’at sab’ah ini mutawatir semuanya, tentu para quro’ tidak ada yang berbeda dalam qira’at mereka. Namun ternyata banyak terdapat perbedaan di antara mereka. Jadi qira’at sab’ah tidak dapat dikatakan mutawatir. Pertanyaan in dijawab dengan : bahwasanya perbedan dalam qira’at ini tidak dapat mempengaruhi kemutawatiran qira’at sab’ah. Justru karena adanya perbedaan itulah makanya qira’ah ada bermacam-macam. Dan semua huruf yang ada pada qira’ah sab’ah ssendiri berbeda satu sama lain.[2]
Tidak ssemuanya imam quro’ berbeda pendapat dalam masing-masing riwayatnya. Diantara pada bab Dua Hamzah Dalam Dua Kata pun tidak semuanya terdapat perbedaan. Dalam pembahasan Dua Hamzah Dalam Dua Kata yang akan djelaskan nanti, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
B. RUMUSAN MASALAH
a.       Bagaimana Pengertian Dua Hamza Dalam Dua Kata?
b.      Bagaimana Ketika harakat Dua Hamzah sama?
c.       Bagaimana Ketika harakat dua hamzah berbeda?
d.      Bagaimana Perbedaan Imam-Imam Qiraat dalam membacanya?

C. TUJUAN MASALAH
a.   Mengetahui Pengertian Dua Hamza Dalam Dua Kata.
b.   Mengetaui Ketika harakat Dua Hamzah sama.
c.   Mengetahui Ketika harakat Dua Hamzah sama.
d.   Mengetahui Perbedaan Imam-Imam Qiraat dalam membacanya.



















PEMBAHASAN
Dua Hamzah Dalam Dua Kata
Bab ini menerangkan bacaan Imam Tujuh pada Dua Hamzah Dalam Dua Kata. Dan yang dimaksud Dua Hamzah Dalam Dua Kata di sini adalah membaca washol pada Dua Hamzah Qata’ yang saling berhadapan, di mana hamzah pertama sebagai akhir kata, dan hamzah kedua sebagai awal kata berikutnya. [3]
Dengan demikian, tidak akan termasuk dalam pembahasan hukum Dua Hamzah Dalam Dua Kata apabila :
1.      Pembaca Al-Qur’an mewaqofkan bacaan pada hamzah pertama, dan ibtida’ (memulai bacaan) pada hamzah kedua.
2.      Hamzah pertama saja yang berupa hamzah Qata’, sedang hamzah kedua berupa hamzah Wasal, misalnya dua hamzah yang terdapat pada kata:
الماء اهتزت  .  ما شاء الله  .  فمن شاء اتخذ
3.      Dua hamzah tidak saling berhadapan, tapi dipisah oleh huruf lain, misalnya
السواى أن كذبوا
Adapun peristiwa bertemunya Dua Hamzah Dalam Dua Kata, dalam Al-Qur’an ada dua jenis, yaitu :
1.      Harakat dua hamzah tidak berbeda (sama).
2.      Harakat dua hamzah tidak sama (berbeda).
Maka dari itu, dalam pembahasan kaiah-kaidah bab ini, akan ibagi menjadi jenis-jenis tersebut, berikut contoh bacaan Imam Tujuh pada Dua Hamzah Dalam Dua Kata.[4]
A.     Ketika harakat Dua Hamzah tidak berbeda (sama).
Yang dimaksud harakat Dua Hamzah tidak berbeda (sama) adalah:
1.      Apabila Hamzah pertama berharakat fathah, Hamzah kedua juga berharakat Fathah, misalnya:
شاء انشره  .  جاء أمرنا  .  السفهاء اموالكم
2.      Bilamana Hamzah Pertama berharakat Kasrah, Hamzah kedua juga berharakat Kasrah, misalnya:
من وراء إسحاق  .  من السماء إن  .  هؤلاءإن

3.      Bilamana Hamzah pertama berharakat Dhammah, Hamzah kedua juga berharakat Dhammah, di mana dalam Al-Qur’an hanya terapat di satu tempat, yaitu:
وليس له من دونه اولياء اولئك فى ضلال مبين
Surat Al-Ahqaf ayat 32
Mengenai kaidah-kaidah Imam Tujuh paa bacaan Dua Hamzah Dalam Dua kata yang sama harakatnya (jenis A), adalah sebagai berikut:
1.      Bacaan ABU ‘AMR pada Hamzah Pertama, dari dua hamzah yang sama harakatnya.
Apabila ada dua hamzah dalam dua kata, sedang harakatnya tidak berbeda, maka untuk bacaan ABU ‘AMR harus membuang Hamzah Pertama. Seperti:
 جاأمرنا                                dibaca                       جاء أمرنا
 من السماإن                dibaca                         من السماء إن
أولياأولئك                   dibaca                       أولياء أولئك
Pembuangan Hamzah Pertama mempunyai akibat hukum paa bacaan huruf Mad sebelumnya.yang mana hukum asalnya aalah sebagai Mad Muttasil. Namun setelah Hamzah Pertama dibuang, hukum huruf Mad sebelumnya, sebagai Mad Munfasil. Sebab, sesudah huruf Mad ada hamzah di lain kata. Dan oleh karena perawi ABU ‘AMR yakni AD-DURI dan AS-SUSI mempunyai bacaan masing-masing pada mad munfasil, maka harus dikembalikan ke wajah bacaan mereka.[5]
Jumhur Ahlul Ada’ ABU AMR menyatakan bahwa hamzah yang dibuang adalah hamzah pertama sebagaimana penjelasan tersebut di atas. Namun sebagian Ahlul Ada’ yang lain menyatakan bahwa hamzah yang dibuang adalah hamzah yang kedua. Dan apabila hamzah yang kedua yang dibuang, tentu mempunyai dampak jenis hukum huruf Mad sebelum hamzah pertama, yaitu sebagai Mad Muttasil, berarti, AD-DURI DAN AS-SUSI membacanya dengan Tawassut 4 harakat.[6]
2.      Bacaan QALUN dan Al-BAZZI pada Hamzah Pertama, dari dua hamzah yang sama harakatnya.
a.       QALUN dan AL-BAZZI membaca sama dalam hal membuang hamzah, apabila Hamzah Pertama dan Kedua berharakat Fathah. Tentunya jika yang dibuang Hamzah Pertama, berlaku hukum Mad Munfasil bagi QALUN dan AL-BAZZI. Dan jika yang dibuang Hamzah Kedua, berlaku hukum Mad Muttasil bagi mereka. Maka جاء أمرن dan yang semisal boleh dibuang hamzah yang Pertama atau yang Kedua.[7]
b.      Apabila Hamzah Pertama dan Kedua tidak berharakat Fathah, tapi berharakat Kasrah /Dhammah, misalnya: من وراء إسحاق Atau اولياء أولئك QALUN dan AL-BAZZI membaca Tashil Baina-Baina pada Hamzah Pertama. Dan oleh karena Hamzah Pertama Mugayyar (berubah)[8]. Maka huruf Mad sebelumnya boleh dibaca Mad (Tawassut) dan Qasar.[9]
c.       Husus pada lafadz باالسّوء الا QALUN dan AL-BAZZI mempunyai wajah bacaan lagi, yaitu mengibdalkan Hamzah Pertama dengan waw, dan waw sebelum diidgamkan kepadanya. Wajah bacaan ini bisa disebut Ibdal ma’al Idgam (waw ditasydid dan dikasrah, yakni بالسَّوّالا ).[10]
3.      Bacaan WARSY dan QUNBUL pada Hamzah Kedua, pada dua hamzah yang sama harakatnya.
a)      Menurut WARSY dan QUNBUL dalam hal ini mempunyai dua wajah. Yaitu:
1.      Seperti Mad (Tashil Baina0-Baina)
2.      Mengibdalkan Hamzah Kedua dengan huruf Mad yang sejenis dengan harakat Hamzah Pertama. Berarti bila harakat Hamzah Pertama Fathah, maka Hamzah Kedua diibdalkan dengan alif. Dan bila harakat Hamzah Pertama Kasrah, diibdalkanlah Hamzah Kedua dengan ya’ sukun. Begitu juga bila harakat Hamzah Pertama Dhammah, maka Hamzah Kedua diibdalkan dengan waw sukun. Ketika Hamzah Kedua diibdalkan, maka sesudahnya ada kalanya hidup, seperti :
أولياء أولئك  .  فى السماء إله  .  جاء أحد
Dan ada kalanya mati, seperti:
ويمسك السماء ان تقع  .  من السماء ان كنت  .  فقد جاء اشراطها
Maka bilamana sesudah Hamzah Kedua berupa huruf hidup, Warsy dan Qalun membaca huruf Mad (yang asalnya Hamzah Kedua) dengan Qasar 2 harakat. [11]
b)      Hamzah Kedua dari هولاء ان Dan على البغاء ان Oleh sebagian Ahlul Ada’ WARSY dibaca dengan pakai ya’ yang berharakat Kasrah.
WARSY masih mempunyai satu wajah bacaan lagi pada Hamzah Kedua dari هولاء ان Mempunyai 3 wajah, yaitu :
1.      Tashil Hamzah Kedua Baina-Baina.
2.      Mengibdalkan hamzah dengan huruf Mad ya’ serta Isyba’
3.      Mengibdalkan Hamzah Kedua dengan ya’ yang berharakat Kasrah.
Sedang dalam على البغاء ان أردن (أردن Dibaca Naql) mempunyai 4 wajah, yaitu:
1.      Tashil Hamzah Kedua Baina-Baina.
2.      Mengibdalkan Hamzah Kedua dengan huruf Mad ya’ serta Qasar’
3.      Mengibdalkan Hamzah Kedua dengan huruf Mad ya’ serta Isyba’.
4.      Mengibdalkan Hamzah Kedua dengan ya’ yang berharakat Kasrah.[12]
B.     Ketika harakat dua hamzah tidak sama  (berbeda).
Hamzah Pertama dari Dua Hamzah Dalam Dua Kata yang berbeda harakatnya, oleh Imam Tujuh pasti dibaca Tahqiq. Adapun harakat yang berbeda pada Dua Hamzah Dalam Dua Kata, dalam Al-Qur’an terdapat 5 (lima) macam, yaitu:[13]
o   Hamzah Pertama berharakat Fathah, sedang Hamzah Kedua berharakat Kasrah. Misalnya
o   Hamzah Pertama berharakat Fathah, sedang Hamzah Kedua berharakat Dhammah. Dan ini hanya terdapat pada …. Dalam surat Al-Mu’minun ayat 44.
o   Hamzah Pertama berharakat Dhammah, sedang Hamzah Kedua berharakat Fathah. Misalnya
o   Hamzah Pertama berharakat Kasrah, sedang Hamzah Kedua berharakat Fathah. Misalnya
o   Hamzah Pertama berharakat Dhammah, sedang Hamzah Kedua berharakat Kasrah. misalnya
AHLU SAMA (NAFI, IBN KATSIR, ABU AMR) membaca Tashil pada Hamzah Kedua dari Dua Hamzah Dalam Dua Kata.[14]
o    تَفِىْءَ اِلَى                    = dibaca Tashil hamzah keduanya, yakni tashil di antara hamzah dan ya’.
o   جَاءَ اُمَّةٌ                     = dibaca Tashil hamzah keduanya, yakni tashil di antara hamzah dan waw.
o   نَشَاءُ اَصَبْنَا                  = dibaca ibdal hamzah keduanya dengan ya’.
o   مِنَ السَمَاءِ اَوِائْتِنَا          = dibaca ibdal hamzah keduanya dengan waw.



PENUTUP
A.     kesimpulan
1.      IMAM ABU ‘AMR menggugurkan hamzah pertama dari dua hamzah yang berharakat sama. Dengan demikian madnya berarti mad munfashil. Sedangkan riwayat AS-SUSY hanya membaca dengan qasar dan untuk riwayat AD-DURY membaca dengan qasar atau tasawwuth.
2.      Riwayat qalun dan BAZZY membaca seperti imam ABU ‘AMR pada dua hamzah yang sama fathah saja. Adapun yang sama kasrah dan dhammah, keduanya membaca dengan tashil hamzah pertama antara kasrah dan ya’ jika sama kasrah dan tashil hamzah pertama antara dhammah dan waw jika sama dhammah, serta membaca tahqiq pada hamzah kedua dari dua keadaan tersebut.
Satu pengecualian dari riwayat qalun dan AL-BAZZY, yakni pada ayat بالسَّوالا di dalam surat yusuf, keduanya membaca dengan mengganti hamzah pertama dengan waw dan menginghomkan waw pertama ke dalam waw kedua (waw pengganti) kecuali washl, sehingga dibaca بالسَّوّالا .
3.      Riwayat WARSY, QUNBUL, ABU JA’FAR dan RUWAIS membaca dengan tahqiq pada hamzah pertama dan tashil pada hamzah kedua dari dua hamzah pada dua kaliamat yang sama harakatnya. Riwayat WARSY dan QUNBUL juga membaca dengan mengganti hamzah kedua dengan alif jika sama fathah, ya’ jika sama kasrah, dan waw jika sama dhammah.







DAFTAR PUSTAKA

Fathoni Ahmad. Kaidah Qira’at Tujuh. (Jakarta: Institut PTIQ & Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta dan Darul Ulum Press Jakarta 2005).

Rifa’i Muhaditsir. Al-Bayan (Kaidah Qira’at Al-Syura’). (Cirebon: Putra Rajawali Jaya. 1431 H).


[1] Muhaditsir Rifa’i. Al-Bayan (Kaidah Qira’at Al-Syura’). (Cirebon: Putra Rajawali Jaya. 1431 H). Hlm 14
[2] Ibid. 14
[3]Ahmad Fathoni. Kaidah Qira’at Tujuh. (Jakarta: Institut PTIQ & Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta dan Darul Ulum Press Jakarta 2005). Hlm 119
[4]Ibid. 119
[5] Ibid. 120
[6] Ibid. 121
[7] Ibid. 121
[8] Apabila ada huruf Mad terletak sebelum Hamzah Mugayyar, maka huruf Mad boleh dibaca Mad dan Qasar.
[9] Ahmad Fathoni. Kaidah Qira’at Tujuh. (Jakarta: Institut PTIQ & Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta dan Darul Ulum Press Jakarta 2005). Hlm122
[10] Ibid.122
[11] Ibid.123
[12] Ibid.124-125
[13] Ibid.129
[14] Ibid.130-131

No comments:

Post a Comment